Kamis, 02 September 2021

Kamis, 02 September 2021

Mengkonversi dengan cepat dokumen PDF ke format Word yang dapat diedit. Gratis. Online.

Mengkonversi dengan cepat dokumen PDF ke format Word yang dapat diedit. Gratis. Online.: Gratis, jasa online yang mengubah dokumen PDF ke Word yang bisa diedit, sekaligus mempertahankan layout aslinya dengan sempurna.

Jumat, 30 Desember 2011

Jumat, 30 Desember 2011

Belajar dari Seorang 'Trevor'


Pernah nonton film “FAY IT FORWARD”? Itu, loh, film yang dibintangi oleh aktor kecil yang bernama Haley Joel Osment, yang berperan sebagai Trevor. Film lama sih memang, tapi isi dan tema filmnya ‘keren banget !’
Bagi yang sudah nonton tulisan ini mudah-mudahan mengingatkan kembali memorinya. Bagi yang belum, mudah-mudahan sedikit memberi gambaran. Tapi tidak hanya itu, mudah-mudahan juga memberi pelajaran berharga buat kita.
Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: “PAY IT FORWARD”
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.
Percobaanpun dimulai : Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minumankeras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka. Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya “PAY IT FORWARD, MOM”

Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :”PAY IT FORWARD, MOM”

Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan : “PAY IT FORWARD, SON”.

Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : “PAY IT FORWARD, SIR”

Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:”PAY IT FORWARD”
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah “PAY IT FORWARD” tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.

Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.
Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.

Demikian kira-kira isi sigkat film “Pay it Forward.” Mudah-mudahan bisa membuat kita terdorong dan senantiasa mempunyai semangat untuk melakukan kebaikan kepada orang lain, sekecil apapun itu. Dan, I Allah kelak kebaikan itu akan kembali kepada kita. Masih ragu? Silahkan coba dan buktikan sendiri! (Man’s/sumber: KasKus)

Rabu, 02 November 2011

Rabu, 02 November 2011

Malu


Malu. kata yang mungkin bisa berkonotasi positif dan negatif.
Ia berkonotasi positif jika dikaitkan dengan sikap dan prilaku yang tidak layak kita lakukan. Artrinya, budaya malu harus kita kedepankan manakala akan melakukan sesuatu yang tidak baik.
Ia bisa berkonotasi negatif jika dikatkan dengan sikap rendah diri atau minder. Atau orang lebih banyak menyebutnya pemalu
Namun, malu yang saya maksud bukan terkait dengan kedua diatas. Tapi malu dengan diri sendiri. Malu belum banyak kebaikan yang saya lakukan. Malu masih sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam hidup. Malu belum banyak memberikan banyak manfaat dan kebaikan buat orang banyak. Dan malu-malu yang lain dengan kelemahan yang ada pada diri sendiri. Dan yang tak ketinggalan, malu punya blog tapi belum banyak diisi dan dimanfaatkan... (mans/2-11-11)

Rabu, 14 September 2011

Rabu, 14 September 2011

Kesempatan Emas


Masih ingat film tentang perumpamaan manusia seperti gelas yang terisi air? Itu, loh, yang pak Eman putarkan ketika MOS beberapa waktu yang lalu. Ingat kan?
Seperti yang diilustrasikan dalam film tersebut, kita punya dua pilihan untuk diri kita. Apakah kita mau 'gelas' kita diisi dengan air yang jernih atau air yang kotor? Kalau kita disuruh memilih, tentu kitapun pasti akan memilih air yang jernih untuk kita isikan ke dalam 'gelas' kita. Karena siapa yang mau 'gelasnya' diisi dengan air yang kotor? Selain bisa menyebabkan gelasnya menjadi kotor, juga air yang kotor tentu tidak layak kita minum.
Anak-anakku yang pak Eman cintai, gelas itu adalah diri kita. Kita tentu tidak mau dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang kotor. Penuh dengan noda-noda kesalahan dalam diri kita. Orang lain tentu akan menjauhi kita, sebab meraka khawatir akan terbawa kepada yang tidak baik kalau mereka berteman dengan kita. Selain itu, yang paling kita tidak inginkan tentu ketika Allah pun tidak menyukai ita, lantaran kita ternyata lebih banyak berbuat kejelekan daripada kebaikan. Sebaliknya, kita pasti menginginkan diri kita dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang bersih. Senantiasa melakakukan amal-amal kebaikan, dan Allah pun tentu akan sayang kepada kita.
Anak-anaku yang pak Eman cintai, sebentar lagi akan datang kepada kita satu kesempatan emas yang tidak boleh kita lewatkan. Kesempatan emas bagi kita untuk menjadikan diri kita semakin bersih dan cintai Allah. Ya, kesempatan emas itu adalah bulan Ramadhan.
Sebagaimana kita tahu, bulan Ramadhan Allah jadikan moment spesial yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya, termasuk dilipatgandakannya pahala ibadah kita. Dengan begitu kita punya kesempatan besar untuk menghapus noda-noda kesalahan yang sudah kita lakukan, dengan cara beristighfar dan melakukan amal-amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Harapanya, kita akhirnya akan kembali bersih seperti pertama kali Allah mengeluarkan kita ke alam dunia ini. Amien.. Selamat berjuang! Selamat meraih kemuliaan di bulan Ramadhan!!* (Eman Sulaeman)

Senin, 07 Februari 2011

Senin, 07 Februari 2011

Mari Belajar dari Timnas Malaysia

“Indonesia…! Indonesia…!”  Yel-yel tersebut mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Terlebih pada akhir tahun lalu, tepatnya bulan Desember, ketika dihelatnya ajang sepakbola AFF SUZUKI CUP 2010.  Yel-yel “Indonesia…! Indonesia…!” atau “ Go Irfan…! Go Gonzales…!” menjadi makanan sehari-hari kita.
Namun, besarnya dukungan yang diberikan oleh supporter Indonesia ternyata belum mampu membuat Indonesia tampil sebagai juara. Hasilnya membuat sedih memang, karena Indonesia akhirnya harus kalah dari Malaysia dengan agregat 4-2. Sedih, tapi harus kita terima dengan lapang dada. Sebab faktanya, pada babak final lalu memang Malaysia bermain lebih bagus dari timnas kita.
 Sebagai anak yang baik dan pintar tentu kalian bisa mengambil banyak pelajaran dan hikmah dari semua itu.  Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kemenangan timnas Malaysia dari timnas Indonesia, diantaranya;
Pertama, Jangan patah semangat sebelum bertanding. Sebaliknya, tetaplah selalu optimis dan yakin bahwa kita pasti bisa! Siapapun tahu, sebelum pertandingan final digelar, Malaysia dan Indonesia sebelumnya pernah bertemu pada babak penyisihan grup, dan hasilnya ketika itu Malaysia kalah 1-5 dari Indonesia. Tapi hasil tersebut tidak membuat mereka lantas rendah diri dan takut. Kekalahan tersebut justru membuat mereka lebih semangat meraih kemenangan, setelah sebelumnya belajar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat pada pertandingan penyisihan sebelumnya. Hasilnya? Tentu seperti yang kita lihat, mereka behasil.
Kedua, Disiplin. Pada pertandingan final itu kita semua tahu, betapa sulitnya para penyerang timnas Indonesia mencetak gol dan membuat peluang. Itu karena para pemain Malaysia, terutama bek-bek mereka bermain dengan penuh disiplin. Disiplin menjaga, disiplin menerima arahan-arahan pelatih. Begitupun kita. Kita tidak mungkin berhasil dan memperoleh apa yang kita inginkan kalau kita sendiri tidak disiplin. Disiplin belajar, disiplin berlatih, disiplin berusaha, disiplin berdo’a dan disiplin dengan tugas-tugas lainnya.
Ketiga, Jangan sombong dengan hasil yang sudah diraih. Khusus yang ketiga ini disampaikan sendiri oleh salah seorang pemain timnas kita, Ahmad Bustomi, dalam akun twiternya; ”Ini tamparan dari Allah untuk kita. Mungkin selama ini belum-belum kita sudah takabbur dengan hasil yang dirah…” Tidak salah memang, sebelumnya banyak pihak yang merasa sangat yakin Indonesia bakal menjadi juara. Terlebih karena sebelumnya Indonesia pernah mengalahkan Malaysia. Ingat, sombong adalah sifat negative yang harus kita jauhi. Sebab selain bisa melenakan kita, ia juga bisa menjerumuskan kita pada kebinasaan dan dosa.
Ada pepatah mengatakan, “belajarlah kamu sampai ke negeri cina,” artinya belajar lah kita darimanapun, sampai kapanpun dan dimanapun. Dan sekarang, tidak ada salahnya kita belajar dari timnas Malaysia. Belajar tentang optimisme, semangat,  disipiln dan rendah diri.* (Mans/17-01-2011)

Kamis, 30 September 2010

Kamis, 29 Juli 2010

Kamis, 29 Juli 2010

Sukses itu Pilihan !!

Sukses atau tidaknya kita sangat tergantung dengan KITA. Karena sukses itu sebuah pilihan. Laksana hidup, kita sering dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Karena hakekat hidup itu memang seni dalam memilih. So, kita mau memilih yang mana? Sukses atau tidak? Silahkan Anda putuskan! (bisa didownload disini)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates